TOA alias BENDE
Saya lahir tahun 80 an, dimana saat itu belum ada listrik masuk desa. setiap malam Jumat ada pengajian dari rumah ke rumah baik untuk bapak-bapak maupun ibu ibu, tentunya saat pengajian didahului dengan bunyi toa sebelum pengajian di mulai, saya masih ingat yang dinyanyikan adalah lagu Ida Laila tentang kematian dan negeri akhirat.
Bagaimana toa/bende ini dibunyikan, pastinya bukan pakai listrik karena saat itu belum ada listrik masuk desa. Pastinya dengan aki/baterai yang sudah di isi sebelumnya, karena kalau aki habis bunyi bende akan nggleyor.
Apakah ada yang terganggu di kampung waktu toa dibunyikan, tentunya tidak, bahkan orang -orang masih lega karena toa yang dibunyikan ini menandakan syiar Islam masih ada, artinya masih ada pengajian di kampung kami. bagaimana jika toa sudah tidak ada?
toa yang dipakai untuk pengajian sebelum sholat tentunya juga akan dibatasi
saya bepikir kemudian, apakah toa ini mengganggu orang disekitar??
kayaknya bapak menteri kurang kerjaan bener, atau ini agenda pesanan.
sepertinya ada yang ingin mengubah budaya, yang awalnya Islami tidak tersyiar lagi dibalut dengan toleransi. sepertinya adzan akan dihilangkan lama lama seperti kejadian liberalisme turki saat menggulingkan Turki Utsmany.
bagi saya silahkan lonceng gereja dibunyikan sesuai keperluan, biarkan saja kaum nasrani yang pergi ke gereja, saat inilah toleransi berjalan bukan dengan menghilangkan keragaman yang sebelumnya pernah terjalin mesra.
tidak ada hujan tidak ada angin, toa dibatasi. padahal negara lagi terseok seok ekonominya, JHT dipakai, haji dipakai danannya, pajak semua lini di tarik, BBM naik tanpa terhentikan.
negara ini disakiti apa oleh rakyat, negara ini bahkan yang menyakiti rakyat .... mengutip cak nun
sepertinya ini agenda lama mereka sesuai dengan pesanan, pengkerdilan Islam.
ya biarkan saja, mumpung mereka berkuasa, ada hisab untuk penguasa dholim. semoga 2024 muncul pemimpin adil bukan kelompok sekarang
Jombang, 27 Pebruari 2022
