Kenaikan UMK vs Kenaikan BBM

Kenaikan UMK vs Kenaikan BBM

Hanya selang dua hari sejak pengumuman kenaikan BBM oleh Bapak Jokowi tepatnya tanggal 18 Nopember 2014 tengah malam, pada tanggal 20 Nopember 2014 di Jombang terjadi gempar demonstrasi besar besaran yang melibatkan seluruh kaum buruh dalam menuntut upah murah yang coba di floorkan oleh Bupati yakni hanya naik sekitar Rp. 50 rb (3%). Apa hubungan kedua Kenaikan ini???

Demonstrasi kenaikan UMK memunculkan kenekatan, keberanian, heroisme dan kebersamaan yang melibatkan seluruh buruh pabrik di Jombang. Permintaan kenaikan yang dianggap diperlamban ini membuat massa marah dan menghujat Bupati, bagaimana hujatan coba cari di medsos, Facebook, Twitter dll!!!. Demonstrasi menuntut UMK membuat kebersamaan karena buruh satu visi yakni mendapatkan upah layak untuk hidup di Jombang.

Beda dengan kenaikan BBM yang sepertinya masih khilafiyah, ada yang setuju dan ada yang tidak. Bagi sebagian besar rakyat kecil memang kenaikan ini membuat penderitaan bertambah. angkot, penjual pecel keliling, petani, tukang becak dll menderita. Tetapi ada juga orang yang mendukung kenaikan ini dengan alasan penyelamatan APBN, uang negara dll sebagaimana cerita tetangga pak tua tukang becak yang membela kenaikan BBM ini, persis dengan alasan penyelamatan keuangan negara seperti yang dibahas tiap jam di Metro TV...hehehe. saya yakin diantara para buruh tersebut ada sebagian yang menyetujui kenaikan BBM???

Bagi saya mungkin fanatisme berlebihan harus bisa di replace dengan kelogisan berpikir, artinya harus ada perbandingan lurus cara berpikir. Dengan bersatunya buruh dalam menuntut kenaikan UMK, maka harusnya buruh juga bersatu padu dalam memprotes kenaikan BBM. jika buruh bersatu dalam demo kenaikan UMK tapi dia juga setuju kenaikan BBM ini tidak logis sama sekali. Bingung dan Gagal Paham.....hehhee

Walhasil bersyukurlah para buruh tanggal 21 Nop 2014, ditetapkan kenaikan upah Jombang sebesar 17% ini sebenarnya cukup besar, besar kecilnya kenaikan UMK adalah relatif sesuai kebutuhan hidup. sekali lagi besar kecilnya kenaikan ini adalah relatif. Seseorang yang belum berkeluarga, mungkin gaji tetap sebesar Rp. 1.725.000,- di kota Jombang itu mungkin cukup, hal ini mungkin berbeda jika karyawan sudah berkeluarga.

Pertanyaannya lagi adalah BBM yang sudah dinaikkan Rp. 2000,- apakah bisa diturunkan oleh rezim Jokowi paling gak turun Rp. 1000,-??? apalagi dengan turunnya harga minyak dunia per barrel. Wallahu a'lam

Rangkuman:
Tulisan ini intinya mengkritisi kegagalan berpikir kawan kawan, seharusnya kita sama dan sependapat jika kita syukuri kenaikan UMK dan memprotes kenaikan BBM. Jangan kemudian kita setuju UMK naik, tetapi setuju juga BBM naik itu namanya gagal paham dan tidak logis dipandang dari sudut manapun.


Jombang, 22 Nopember 2014


Saiful





Share:

Popular Posts

Popular Post

Recent Posts